Apa Yang Dimaksud Dengan Greenwashing Berikut Dengan Contohnya. Jangan Sampai Tertipu Lagi!

·

·

, ,
Apa Yang Dimaksud Dengan Greenwashing Berikut Dengan Contohnya. Jangan Sampai Tertipu Lagi!

Pernah tidak Anda bertanya-tanya kenapa satu dekade belakangan semakin sering diekspos oleh kata-kata seperti “ramah lingkungan” atau “eco-friendly” atau “going green” atau “biodegradable” pada kemasan atau iklan suatu produk?

Pernah tidak sih Anda benar-benar berpikir apakah yang tertera pada kemasan dan yang disebut-sebutkan dalam iklan tersebut benar adanya?

Semakin kesini, kerusakan lingkungan sudah semakin parah. Penduduk Bumi lainnya yang tidak bisa menyuarakan akibat dari kerusakan tersebut (hewan-hewan dan makhluk lainnya yang juga penduduk Bumi selain manusia) paling banyak terkena dampaknya. Kepunahan spesies semakin banyak terjadi karena ekosistem pada habitat hewan liar menjadi tidak seimbang sehingga membuat penduduknya semakin sulit untuk beradaptasi. Selain itu level ketinggian air laut juga semakin meninggi.

Hal seperti diatas membuat semakin banyaknya orang yang menyadari betapa pentingnya dampak pemakaian barang dan kebutuhan terhadap lingkungan, pilihan konsumen saat membeli barang, makanan, minuman, dan kebutuhan juga semakin hati-hati dan lebih mengedepankan kesehatan Bumi.

Dengan begitu, perusahaan mulai merubah sistem operasi bisnis mereka kearah untuk lebih sustainable juga untuk bersaing dalam memenangkan daya tarik pembeli agar memilih produk mereka.

Memang dalam sekilas perubahan perusahaan-perusaan tersebut terdengan baik, namun sayangnya tidak sedikit perusahaan yang justru menyesatkan konsumen dengan menjual kata-kata ramah lingkungan yang pada kenyataannya perusahaan tersebut justru masih terlibat dalam aktivitas yang tidak ramah lingkungan dalam proses bisnis mereka.

Jadi, apa yang dimaksud dengan greenwashing sih?

Greenwashing adalah praktik dimana pelaku bisnis melakukan penyebaran informasi yang membuat konsumen percaya bahwa produk mereka ramah lingkungan, namun setelah ditelusuri ternyata komitmen dan usaha perusahaan tersebut tidak sejalan terhadap keramahan lingkungan dan belum sepadan dengan pesan yang disampaikan.

Pesan dan penyebaran informasi oleh perusahaan ini bisa berupa iklan, jargon, keterangan pada kemasan, sebuah campaign produk tertentu, dan lain sebagainya. Penyebaran informasi yang menyesatkan ini terjadi karena perusahaan ingin menarik perhatian konsumen yang mulai banyak peduli dengan lingkungan.

Istilah greenwashing sendiri muncul pada tahun 1986 oleh seorang pecinta lingkungan bernama Jay Westerveld. Dalam sebuah essay, Westerveld mengkritik pergerakan “save the towel” yang pada saat itu sedang populer di hotel-hotel karena terdapat sebuah ironi yang besar dibaliknya.

Pada saat itu banyak hotel yang mengkampanyekan pergerakan “save the towel” dimana pada kampanye tersebut diserukan dengan membagikan kartu yang bertuliskan “Save Our Planet: Every day, millions of gallons of water are used to wash towels that have only been used once. You make the choice: A towel on the rack means, ‘I will use again.’ A towel on the floor means, ‘Please replace.’ Thank your for helping us conserve the Earth’s vital resources.“. Pada kartunya juga terdapat tanda green arrow yang sudah dikenal sebagai lambang daur ulang atau recycle.

Westerveld mengkritik pergerakan yang dilakukan oleh hotel-hotel ini, karena menurutnya bila hotel memang ingin ramah lingkungan, seharusnya hotel juga memfokuskan pada masalah lain pada proses bisnis perhotelan yang membuat lebih banyak output yang tidak ramah lingkungan. Westerveld melihat kampanye “save the towel” lebih bertujuan untuk penghematan biaya hotel dalam pencucian handuk yang memang sudah diketahui luar biasa angkanya pada saat itu.

Ketika perusahaan dan bisnis lebih banyak mengeluarkan uang untuk memasarkan brand dan produk mereka dengan segala label “hijau” dari pada mengunakan uang dan waktunya untuk benar-benar terjun dan mengerjakan “homework-nya” terhadap sustainability agar brand dan produk yang dihasilkan benar-benar ramah lingkungan, inilah yang disebut sebagai greenwashing.

Contoh greenwashing.

Setelah cerita tentang sejarah greenwashing diatas, masih banyak lagi contoh greenwashing yang telah dilakukan oleh banyak bisnis. Malah mungkin Anda pernah menjadi salah satu korbannya.

#1 Greenwashing dalam packaging atau pembungkus

apa yang dimaksud dengan greenwashing apa itu green washing
Gelas plastik yang bertuliskan ECO. Gambar: Unsplash

Saat ini banyak packaging atau pembungkus terbuat dari plastik yang menuliskan atau menggambarkan bahwa bahan plastik yang mereka gunakan mudah untuk diuraikan, namun pada kenyataannya masih banyak sampah plastik yang tertimbun dan banyak yang dari tertimbun tersebut merupakan packaging atau pembungkus plastik yang digembor-gemborkan mudah diurai.

#2 Greenwashing dalam bentuk proses pembuatan produk

Misalkan ada sebuah karpet yang pada pemasarannya dikatakan “menggunakan bahan daur ulang 50% lebih banyak dari sebelumnya”, ternyata produsen hanya menaikan jumlah bahan daur ulang dari sebanyak 2% menjadi 3%, mungkin bila dilihat secara teknis memang benar bahan daur ulang digunakan lebih banyak sebanyak 50%, namun pesan yang disampaikan bisa menyesatkan karena menimbulkan kesan bahwa karpet tersebut terbuat dari bahan daur ulang dalam jumlah yang banyak.

#3 Greenwashing dalam bentuk janji perusahaan

Pada tahun 2018 Nestle mengeluarkan statement yang cukup berambisi bahwa semua packaging produk mereka akan bisa 100% dapat didaur ulang pada tahun 2025. Dari statement ini banyak aktivis lingkungan yang merespon dan benar-benar mengawasi progresnya. Namun menurut hasil pengamatan para aktivis, Nestle belum bisa menyebutkan targetnya secara spesifik bagaiman cara mencapainya dan apa yang akan dicapai. Bahkan pada tahun 2020, Nestle dan Coca-Cola dinobatkan sebagai top plastic polluter dalam 3 tahun berturut-turut.

Kenapa banyak bisnis yang terjerumus dalam greenwashing?

Jawaban untuk perntanyaan ini cukup sederhana, karena semakin banyaknya konsumen yang hanya mau membeli produk barang ataupun makanan dan minuman dari sumber yang etis dan sustainable, telah membuat banyak bisnis yang memiliki reputasi etis dan sustainable untuk mengalirkan cuan lebih banyak ke pundi-pundinya.

Namun banyak juga bisnis yang yang terjerumus ke greenwashing juga karena mereka kurang mendalami riset mereka terhadap cara terbaik dalam mencapai etis dan sustainability dalam proses bisnis yang dilakukan. Masih banyak perusahaan yang tidak memiliki tenaga ahli untuk benar-benar melakukan riset apa itu sebenarnya menjadi sebuah usaha yang bermanfaat bagi lingkungan.

Cara mengetahui greenwashing pada suatu produk.

Sebagai orang yang peduli dengan lingkungan dan alam, tentunya kita pasti ingin lebih sadar terhadap pilihan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa tidak terjebak greenwashing?

  • hindari kata-kata yang membuat kesan ramah lingkungan namun tidak mempunyai penjelasan yang spesifik bagaimana proses ramah lingkungannya dilakukan
  • perubahan secara radikal sebuah perusahaan yang sudah diketahui produknya tidak ramah lingkungan, sebelum percaya bahwa perusahaan tersebut benar-benar peduli lingkungan, lakukan riset terhadap perubahan tersebut terlebih dulu
  • membuat “hijau” produk-produk yang jelas-jelas tidak ramah lingkungan (contoh: produk palm oil, make up yang mengandung paraben, silikon, glycol ether, dan alkyphenol)
  • lebih teliti dengan label yang bernuansa eco, hanya karena suatu produk memiliki gambar daun hijau atau nuansa eco-friendly belum tentu produk tersebut merupakan bagian dari produk dengan proses yang ramah lingkungan dan mengarah ke sustainability
  • mengedukasi diri sendiri lebih dalam mengenai greenwashing dan latih diri Anda untuk bisa menemukan greenwashing dalam produk apapun yang terlihat dan dipasarkan sebagai produk yang eco-friendly dan sustanable

Kesimpulan.

Sekarang Anda sudah mengetahu apa itu Greenwashing dan mengapa sudah seharusnya dihindari oleh konsumen dengan cara mengedukasi lebih dalam diri sendiri.

Greenwashing terjadi karena dua hal utama. Pertama, perusahaan dan bisnis ingin menarik konsumen yang peduli denga lingkungan sehingga pemasaran dilakukan dengan pendekatan ramah lingkungan namun pada kenyataannya perusahaan dan bisnis tersebut sama sekali tidak melakukan apapun yang berdampak positif terhadap lingkungan. Kedua, perusahaan dan bisnis mulai melakukan perubahan terhadap bisnis mereka namun dampaknya masih belum signifikan dan pemasaran dilakukan seolah-olah perusahaan dan bisnis sudah mengambil langkah yang besar untuk menjadi usaha yang ramah lingkungan, dimana hal ini juga terjadi karena kurangnya pengetahuan perusahaan dan bisnis terhadap perubahan yang harus dilakukan.

Mudah-mudahan kita semua menjadi lebih mengerti ya, agar tidak salah kaprah lagi dan kedpennya kita tidak salah mengmbil pilihan terhadap apa yang kita pakai untuk kebutuhan hidup kita.

Join The TerraTribe!

Dengan bergabung, Anda bukan hanya menjadi bagian dari komunitas, tetapi juga mendapat akses informasi eksklusif tentang gaya hidup berkelanjutan, lingkungan, flora, dan fauna.

Jangan khawatir! Kami juga sangat membenci spam. Informasi dari Kami dikirim sebanyak 2 minggu sekali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer Saat Ini


Jelajah Topik

Terbaru di Detak Bumi



JOIN THE TerraTribe!

Dengan bergabung, Anda bukan hanya menjadi bagian dari komunitas, tetapi juga mendapat akses informasi eksklusif tentang gaya hidup berkelanjutan, lingkungan, flora, dan fauna.

Jangan khawatir! Kami juga sangat membenci spam. Informasi dari Kami dikirim sebanyak 2 minggu sekali.


error: Content is protected !!