Dikala sibuknya roda aktivitas setiap hari, pasti sebagian dari kita tidak pernah memikirkan sama sekali kira-kira bagaimana kehidupan manusia pada masa depan.
Masa depan yang kita bicarakan disini bukan masa depan penduduk Bumi yang semakin maju dengan teknologi dan kerennya teknologi yang akan ada dimasa depan ya, tetapi masa depan alam dan kenyamanan lingkungan untuk ditinggali generasi penerus kita nanti.
Tahu tidak, pemikiran akan kondisi alam dan lingkungan dimasa depan telah memunculkan sebuah kecemasan baru yang timbul dikalangan remaja dan anak muda.
Kecemasan inilah yang disebut dengan eco-anxiety atau kecemasan lingkungan.
Sebuah penelitian yang didokumentasikan oleh University of Bath menyatakan lebih dari 45% dalam 10.000 orang sample pada usia 16-25 tahun mengalami eco-anxiety, 59% dari respondennya merasa sangat cemas akan lingkungan dan climate change.
Bila kita perhatikan, rata-rata orang yang melakukan protes dan demonstrasi tentang lingkungan memang rentang usianya masih muda sekali. Orang yang menjadi role model terhadap isu ini, seperti Greta Thunberg, juga usianya sangat muda.
Pernah tidak berpikir kenapa mereka yang muda-muda ini justru yang paling vokal terhadap isu ini?
Karena merekalah nanti yang langsung merasakan akibat-akibat kerusakan Bumi dimasa depan. Keberlangsungan hidup, budaya, masyarakat, keturunan dan rumah merekalah yang dipertaruhkan.
Tekanan tersebut tentunya sangat besar, ditambah lagi dengan dampak kerusakan Bumi terhadap kesehatan baik secara fisik dan mental.
Jadi, apa itu eco-anxiety?
Eco-anxiety adalah kecemasan terhadap lingkungan. Orang yang mengalami eco-anxiety berpikir dan merasa masa depan akan sangat menakutkan mengingat semakin banyaknya kerusakan yang dibuat manusia di Bumi.
Orang yang mengalami eco-anxiety biasanya berusia 16-25 tahun. Generasi ini telah tumbuh tidak hanya dengan alam yang rusaknya terlihat nyata, tetapi efek yang sangat nyata dan sangat menakutkan dari krisis iklim yang sudah banyak hadir saat mereka hidup.
Orang yang mengalami eco-anxiety pada paper penelitian yang disebutkan sebelumnya menilai respon pemerintah terhadap climate change sangat tidak bagus dan merasa dikhianati. Mereka menilai respon pemerintah banyak negara tidak solutif dan sangat tidak memuaskan, sehingga merasa tidak terjamin masa depannya.
Apa efek yang ditimbulkan dari eco-anxiety terhadap aktifitas sehari-hari?
Bagi sebagian dari kita yang baru saja mendapatkan informasi mengenai eco-anxiety mungkin masih berpikir bahwa kecemasan ini benar ada atau tidak, atau bisa juga berpikir eco-anxiety bukanlah hal yang serius dan perlu dikhawatirkan.
Kenyataannya, eco-anxiety ini sudah benar-benar terjadi dan orang yang mengalaminya juga sudah merasa terganggu aktifitasnya. Sebanyak 45% dari 10.000 responden pada penelitian tadi, mengakui bahwa setiap hari timbul stres, sedih, merasa marah terhadap pemerintah karena merasa dikhianati.
Stresor ini tentunya membuat manusia yang merasakannya terganggu kesehatan mentalnya.
Cara dan tips mengatasi eco-anxiety.
Mengingat penulis bukanlah seorang ahli dalam urusan psikologis dan kejiwaan, maka penulis hanya bisa memberikan beberapa tips yang mungkin dapat sedikit membantu.
#1 Mendatangi orang yang ahli dan praktisi dibidang kesehatan mental untuk mendapatkan pertolongan.
Jangan pernah lakukan diagnosis sendiri, karena hal ini sangat berbahaya. Cari pertolongan melalui psikolog juga psikiater bila disarankan untuk konsultasi dengan psikiater. Selain itu sebaiknya juga cari orang yang berpengalaman dalam menangani kasus eco-anxiety.
#2 Jurnaling.
Tuangkan semua kecemasan dan kekhawatiran yang dipikirkan dan dirasakan. Ceritakan isi jurnaling ini juga kepada orang ahli dan praktisi tersebut.
#3 Mencari support dalam komunitas di masyarakat.
Yang pertama kali harus diingat ketika kita merasakan seperti ini adalah kita tidak sendirian. Cari orang-orang yang mengalami hal yang sama, cari komunitas yang memang berpengalaman dan mengetahui kasus ini dan bangun koneksi yang dalam dengan orang dan komunitas tersebut. Saling berbagi value dari pengalaman masing-masing dalam komunitas tersebut sehingga bisa saling memberikan dampak yang positif.
#4 Melakukan aksi nyata.
Tidak sedikit orang yang merasakan eco-anxiety juga karena disebabkan karena timbulnya rasa merasa bersalah karena tidak bisa melakukan apa-apa. Coba untuk mengidentifikasi perubahan apa saja yang seharusnya bisa dilakukan untuk meredakan stres yang dialami. lalu lihat juga apakah perubahan tersebut dapat berefek langsung untuk mengatasi kecemasan yang dialami atau juga untuk sebagai aksi untuk turut menjaga Bumi.
Ingat! Always follow your own pace. Lihat kembali apakah ekpektasi perubahan kamu realistis dan bisa untuk dilakukan. Jangan sampai timbul stres baru karena merasa tidak mampu mencapai perubahan yang dinginkan.
#5 Mencoba untuk lebih terhubung dengan alam.
Coba untuk lebih banyak melakukan kegiatan yang dapat mempererat kembali hubungan diri kita dengan alam. Aktifitas seperti berkemah, naik gunung, caving, dan wisata alam yang ramah lingkungan.
Biasanya ketika manusia menghadapi alam, efek yang timbul sangatlah bagus karena kita menjadi lebih berpikir dengan perlahan dan dalam tentang segala fenomena Bumi yang sedang terjadi, mendapatkan inspirasi mengenai perubahan yang harus kita lakukan. Lalu biasanya kita menjadi melakukan introspeksi dan berefleksi diri mengevaluasi hubungan kita selama ini dengan alam.
Let’s wrap up!
Eco-anxiety adalah bentuk kecemasan yang nyata dan dialami oleh banyak orang terutama dikalangan usia muda. Eco-anxiety juga ada di banyak negara.
Kecemasan yang dialami juga bentuknya bermacam-macam mudai dari stres, rasa bersalah, ketakutan, mara, dan lain sebagainya. Stresor utamanya adalah kekhawatiran dan keprihatinan dengan keadaan alam, lingkungan, dan kerusakan yang semakin banyak terjadi di Bumi.
Bila diantara kita ada yang mengalami, jangan pernah menganggap remeh atau merasa orang terbut berlebihan. Dan ingat! jangan pernah melakukan diagnosis sendiri. Selalu mencari pertolongan dan konsultasi kepada orang yang ahli dibidang psikologis dan kejiwaan untuk mengatasi hal kecemasan ini.
Detak Bumi mempunyai misi untuk mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk memahami apa yang sedang terjadi di Bumi terhadap lingkungan, alam, satwa, dan keseluruhan eco system. Kita semua adalah earthlings dan Bumi adalah rumah kita selama kita masih hidup. Masa depan kesehatan dan kelestarian Bumi bergantung kepada aksi nyata kita yang kita lakukan dari sekarang.
Leave a Reply